Suatu hari, Yesus menyeberangi Danau Galilea dan diikuti oleh banyak orang. Mereka datang karena telah melihat mukjizat penyembuhan yang dilakukan-Nya. Ketika Yesus melihat kerumunan besar itu, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia berkata kepada Filipus, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka dapat makan?” Filipus menjawab bahwa uang dua ratus dinar pun takkan cukup untuk memberi makan semuanya. Lalu Andreas, murid lain, berkata, “Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan, tetapi apakah artinya itu bagi begitu banyak orang?”
Yesus memerintahkan semua orang duduk di atas rumput hijau. Ia mengambil roti itu, mengucap syukur, lalu membagikannya kepada mereka, demikian juga dengan ikan. Ajaib! Semua orang makan hingga kenyang, dan ketika mereka mengumpulkan sisa-sisanya, terdapat dua belas bakul penuh. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu kagum dan berkata, “Dia benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia!” Namun Yesus mengundurkan diri ke gunung seorang diri, karena Ia tahu mereka ingin menjadikan-Nya raja secara paksa.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa mukjizat sering kali dimulai dari hal kecil yang dipersembahkan dengan hati tulus. Anak kecil itu hanya membawa sedikit, tetapi di tangan Yesus yang penuh kasih, yang sedikit menjadi berlimpah. Begitu pula dalam hidup kita: ketika kita menyerahkan waktu, tenaga, dan kasih kepada Tuhan, Ia mampu melipatgandakannya untuk kebaikan banyak orang. Iman dan kerelaan berbagi adalah kunci berkat yang melimpah.